Selasa, 27 Januari 2009

Katak Irian (Litoria caerulea)


Herpetofauna (Amfibi dan Reptil) kian marak sebagai pet. Salah satunya adalah Litoria caerulea (Katak Irian). Dibandingkan dengan reptil, anggota Ordo Anura ini tidak begitu banyak peminatnya. Mungkin dikarenakan model pemeliharaannya yang memerlukan perlakuan khusus, yaitu ketersediaan air sebagai penyokong hidupnya. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar amfibi tidak bisa lepas dari air. Mereka memiliki kulit yang tipis, dipenuhi oleh kapiler darah dan mampu berfungsi sebagai membran pertukaran Oksigen secara langsung dari lingkungannya. Mereka memiliki sistem peredaran yang sederhana. Jantung mereka saja hanya terdiri atas 3 ruang. Berbeda dengan reptil, aves atau mammal yang sudah memiliki 4 ruang.


Sebagai peliharaan, katak anggota Familia Rhacophoridae ini tergolong pemalas. Kerjaannya hanya makan, nongkrong di dahan atau dining akuarium dan berendam. Setiap 2 hari sekali biasanya diberi makan jangkrik. Beberapa jenis yang lain dilaporkan mampu mengkonsumsi seekor mencit dewasa. Tubuhnya buntek dengan warna hijau kusam (tergantung kondisi karena kadang berwarna hijau cerah). Tungkai dengan pelebaran di bagian ujung jari. Biasanya bersuara cukup keras pada kondisi tertentu.

Sabtu, 17 Januari 2009

Lobster Air Tawar (1)


Lobster air tawar saat ini tidak hanya sekedar hewan yang dikonsumsi, namun dapat juga dipelihara sebagai hewan kesayangan. Warna dan bentuk tubuhnya yang unik seakan membius hobiis untuk menyayanginya dan mengangkat mereka sebagai hewan kesayangan. Selain unik, pemberian pakannya juga tidak begitu rumit karena mereka adalah hewan omnivora (pemakan segala: tumbuhan-> lumut dan tumbuhan air; hewan-> cacing, ikan, irisan daging; dan dapat juga diberikan pelet/ makanan buatan)

Lobster merupakan anggota keluarga Crustacea, kerabat dari kepiting, kelomang dan udang. Bentuk tubuhnya yang kokoh dan padat memberikan daya tarik tersendiri. Ciri khas lobster dapat dilihat dari kemampuan meluruskan seluruh segmen tubuhnya. Hal ini berbeda dengan kelompok udang pada umumnya. Kalau secara ilmiahnya, lobster pipih dorso ventral sedangkan udang laterolateral. Tubuh terbagi atas cephalothorax (kepala dan dada) dan abdomen (perut). Selain itu, ekor lobster terdiri atas 5 ruas dan jika mengembang akan tampak seperti kipas. Sepasang capit yang kokoh dan kuat berada pada bagian depan tubuhnya. Biasanya mereka menggunakannya untuk pertahanan dan berburu. Kalau musuh tidak takut dengan capitnya (gertakan tidak mempan), biasanya mereka akan mengambil jurus langkah seribu alias melarikan diri dengan bergerak mundur sangat cepat. Perlu diketahui juga bahwa lobster memiliki sifat pengembara tulen. Kalau kita perhatikan mereka selalu pergi kemanapun kaki melangkah. Apalagi saat kondisi akuarium atau kolam tidak begitu bagus. Pernah pada suatu hari lobster kesayanganku kabur dari akuariumnya. Saat itu berhasil kutemukan berada di sudut pintu kamar mandi. Yah...untung saja tidak mati. Namun demikian, terkadang lobster tidak tahan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, terutama kondisi air (pH, suhu dan kedalaman), sehingga perlu diperhatikan selalu kondisi habitatnya.

Jumat, 16 Januari 2009

Kelinci Hias (1)

Salah satu hewan yang mampu memikat hati manusia untuk memeliharanya adalah kelinci. Belakangan ini kelinci hias menjadi tren sebagai pet. Berbagai ras dapat kita pilih sesuai dengan kesukaan masing-masing. Ada yang berbulu panjang maupun pendek, dwarf ataupun giant, telinga biasa ataupun lop. Berdasarkan keanekaragaman bentuk dan karakternya ras kelinci terbagi menjadi lebih kurang 72 macam ras kelinci yang tersebar di dunia. Sebut saja rex, dutch, hotot, himalayan, anggora, lop, satin, english spot, polish, harlequin dan masih banyak lagi.

Belum lama ini saya tertarik untuk mencoba memelihara beberapa ras. Diantaranya ada rex, rex satin, dutch, harlequin dan dwarf hotot. Yup, masih tahap belajar dan mengumpulkan ilmu sih... Semua itu bermula dari nostalgia masa lalu. Dulu pertama kali punya kelinci saat masih duduk di sekolah menengah pertama. Sepasang kelinci new zealand coklat yang lucu. Sempat beranak namun habis dibantai tikus. Setelah itu indukannya mati gara-gara scabies. Sedih...Nha sekarang baru coba kembangkan lagi dengan ilmu yang diperoleh dari berbagai sumber. Saat ini kelinci yang saya miliki ada 9 ekor dewasa, 3 ekor remaja dan 9 ekor anakan. Semoga bisa terus berkembang dan bisa menambah pengalaman di dunia perkelincian.


Land Hermit Crab alias Kelomang (1)


Siapa yang tak kenal hewan imut yang satu ini. Biasanya dapat dijumpai oleh anak-anak SD sedang di pajang untuk dijual depan sekolahnya. Yup, hampir semua anak-anak pernah membelinya. Ada yang bisa bertahan hidup....ada juga yang menemui ajal dalam jangka beberapa jam ataupun hari karena ketidaktahuan cara memelihara.

Memelihara kelomang merupakan hobi yang gampang-gampang susah. Saya masih ingat benar dulu saat membeli kelomang pertama kali. Saat itu kelomang saya pelihara dalam mangkuk plastik berdiameter 25 cm. setiap hari kelomang kesayangan tersebut saya beri sisa sayuran dari dapur. Walhasil, kelomang saya hanya bertahan sekitar satu minggu.

Saat ini nostalgia hewan kesayangan waktu kecil dulu kembali menyeruak. Setelah kenal dengan Pak Felix (lewat milist Happycrabbie) saya menjadi lebih paham tentang seluk beluk perkelomangan. Yah, paling tidak syarat minimal memeliharanya sudah dipegang yaitu: ada pasir, air, garam mineral, makanan, dan cangkang cadangan. Dengan bekal tersebut ternyata kelomang yang berstatus sebagai hewan kesayangan saya dapat bertahan sampai saat ini.

My first pet

Ketertarikanku dengan dunia hewan sudah dimulai sejak masih berumur 5 tahun (tepatnya di tahun 1986). Saat itu ibuku memberikan berbagai macam ensiklopedi hewan dalam bahasa inggris dengan warna warni yang cukup menarik. Meskipun aku belum mengenal baca tulis, warna dan bentuk berbagai hewan dalam ensiklopedi tersebut cukup menggugah rasa 'wow' (senang, takjub, sayang, dll) terhadap ciptaan Tuhan yang disebut Hewan. Otomatis semua terekam indah di memoriku. Nah....semenjak saat itu berbagai jenis hewan yang kujumpai selalu menarik perhatianku.

Saat itu aku masih di kelas 4 SD. Kebetulan rumahku tidak terlalu jauh dengan Pasar Ngasem. Sebuah pasar di kawasan Jogja yang terkenal sebagai pasar burung. Berbagai jenis hewan hampir bisa ditemukan di sana. Pada suatu hari, dengan uang saku yang sudah terkumpul aku segera menuju Pasar Ngasem untuk mencari hewan peliharaan. Entah mengapa, saat itu perhatianku tertarik dengan seorang simbok (wanita berumur dengan pakaian kebaya) yang membawa sekumpulan anak itik. Berbekal rasa penasaran dan pengetahuan apa adanya segera kulihat anak-anak itik yang lucu-lucu. Paruh yang mungil, kaki berselaput yang lembut dan bulu yang halus langsung membuatku memutusan untuk membeli 3 ekor dari simbok dengan harga Rp.1.000,00.

Dengan senang riang wal sumringah, langsung saja kubawa peliharaanku kerumah. Setiap hari kurawat bahkan mandipun aku selalu membawa anak-anak itik kesayanganku. Sampai-sampai seluruh keluargaku heboh karena setelah selesai mandi dapat dipastikan bak mandi yang semula bersih akan menjadi sedikit keruh. Hehehe....masih ingat betul rasanya bermain dengan itik-itik kecil itu. Setiap pulang sekolah yang kuincar untuk dilakukan pasti bermain dengan itik-itikku.

Sampai tiba pada suatu saat, mereka tumbuh menjadi itik dewasa. Mereka masih sangat jinak apabila kupanggil dan kuajak bermain. Namun, kondisi sudah berubah. Itik besar tidak mungkin kubawa kemana-mana lagi. Akhirnya, pada suatu hari orangtuaku meminta seseorang untuk menjualkan itik-itik tersebut ke Pasar Ngasem. Sedih memang, tapi apa daya. Uang yang kuterima saat itu Rp. 7.500,00. Hasil dari 3 ekor itik dewasa yang dulunya adalah itik-itik kecil kesayangnku. Akhirnya, petualanganku untuk memelihara berbagai jenis hewan bermula. Dengan bermodal Rp. 7.500,00 aku mulai mencari hewan kesayangan yang baru.